Skip to main content

Even The Rain || Sebuah Film Perlawanan Terhadap Privatisasi Air

Air adalah milik kita
senapan dan senjata, rakyat tak akan pernah takut!

Film Even The Rain adalah sebuah film yang layak untuk ditonton. Film karya Icíar Bollaín yang diproduksi tahun 2010, yakni sebuah film dalam film. Sebuah film sejarah dan politik. Film ini menyajikan sebuah realitas dari sebuah kebijakan privatisasi di Bolivia pada tahun 2000 terhadap sumber kehidupan manusia, yakni air. Kebijakan privatisasi air merupakan kebijakan unggulan dari pemerintah Bolivia yang memberikan penguasaan sumber air kepada perusahaan air minum raksasa dunia dari Inggris dan Amerika Serikat. Dampak dari kebijakan privatisasi tersebut, rakyat Bolivia mengalami kesulitan dalam mengakses sumber air untuk keperluan hidup sehari-hari.
Film ini juga didedikasikan kepada Howard Zinn, seorang aktifis dan sejarawan, seorang Yahudi anti Israel dan anti Zionis. Howard menentang citra dan kharisma Columbus sebagai pahlawan penemu benua Amerika. Bagi Howard, kedatangan Columbus merupakan malapetaka kemanusiaan. Columbus tidak lain adalah seorang pembunuh dan penjajah. Howard menyebutkan, Columbus dan kolonimya pada pelayarannya tahun 1469 bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli Amerika.
Pada permulaan film ini menceritakan penggarapan film tentang kedatangan Christopher Colombus di Amerika Selatan oleh sutradara asal Spanyol, Sebastian dan produser eksekutifnya, Costa. Mereka berada di kota Cochabamba, Bolivia untuk mencari pemain dan figuran dari pendudukuk setempat. Didalam sesi pencarian pemain dan figuran tersebut, Daniel memprotes pencarian pemain dan figuran karena dinyatakan selesai, sementara masih ada 200 orang yang mengantri untuk mendapatkan kesempatan itu. Protes Daniel ini menunjukan sikap kritis yang nantinya terlihat dalam perjuangannya melawan privatisasi air.
Dalam film garapan Sebastian ini, menceritakan kedatangan Christopher Colombus yang merupakan penjajahan bagi “dunia baru” dengan atas nama Tuhan mengambil kepemilikan tanah dan laut beserta semua yang ada didalamnya. Christopher Colombus sendiri hidup dalam zaman merkantilisme, dimana Negara jika ingin maju harus melakukan kegiatan ekonomi berupa perdagangan dengan Negara lain. Kedatangan Colombus dengan penundukan atas pribumi (suku Indian), memperbudak dan merampok kekayaan sumber daya alam telah menguntungkan klas borjuis Eropa yang sedang tumbuh.
Dalam adegan film karya Sebastian ini menunjukan betapa kejamnya penindasan Colombus terhadap suku Indian. Mereka (suku Indian) dipaksa bekerja mengumpulkan emas dan diperlakukan sebagai budak. Jika mereka gagal memenuhi kehendak para orang-orang Spanyol ini, mereka akan mendapatkan hukuman seperti dicambuk sampai dipotong tangannnya. Colombus menjadi mimpi buruk bagi suku Indian.
Sementara diluar pembuatan film tersebut, rakyat dihadapkan pada persoalan hak atas air. Kebijakan privatisasi air yang dimonopoli oleh perusaan air minum raksasa menyebabkan rakyat menggali selokan dengan panjang 7 kilometer untuk mendapatkan air. Kebencian rakyat terhadap perusahaan air minum berujung pada demonstrasi perlawanan terhadap privatisasi. Daniel, tokoh dalam film karya Sebastian ini memimpin demonstrasi tersebut dan berorasi mengkritik kebijakan privatisasi air.
Film karya Sebastian dengan kenyataan yang dihadapi rakyat menunjukan kesamaan, yakni rakyat masih ditindas. Jika dalam film Sebastian, suku Indian yang ditindas oleh penjajah.

Nonton Film

Comments

Popular posts from this blog

Paradigma Pemikiran Ali Syariati

Ali Syariati sebagai intelektual sekaligus ideolog Iran ternyata memiliki banyak paradigma dalam menyusun pemikirannya. Pemikiran Syariati cenderung mengarah eklektisisme, tidak mentah-mentah mengambil pemikiran tanpa melakukan seleksi secara kritis. Selama tinggal di Paris, Ali Syariati bertemu dengan banyak orang yang mempengaruhi persepsinya mengenai kehidupan dan cara pandang dunia: dari militan, filsuf, akademisi, artis, penyair, musisi dan bahkan penjaga toko. Dengan sikap eklektiknya mampu memahami Iman Ali, Imam Hussain, Abu Dzar, Jean Paul Sartre, Frantz Fenon, massignon dan Karl Marx. Oleh karena itu, Syariati sering dikatakan banyak wajah, yang pada gilirannya membuat orang keliru memahaminya. Ali Syariati dalam kepribadiannya memiliki tiga karakter yang berbeda. Pertama, Ali Syariati seorang sosiolog yang tertarik pada dialektika antara teori dan praktik; antara ide dengan kekuatan-kekuatan sosial; antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Kedua, Ali Syariati seora...