Skip to main content

SANGKUT PAUT ANTARA SAREKAT BURUH DAN VAKSENTRAL SERTA SEBALIKNYA | IBNU PARNA*


                 
    I.        JAMINAN ARAH SAREKAT BURUH HARUS ADA.

1.    Pengggerutuan dikalangan Buruh merata. Pengggerutuan tersebut kian hari kian meningkat. Dalam jumlah penggerutuan Buruh ini terpendam kekuatan Revolusioner ke arah masyarakat baru. Ihctiar untuk menyalurkan penggerutuan Buruh tersebut hingga dapat diperoleh kekuatan Revolusioner itu perlu di jalankan. Sebagai langkah pertama, Buruh yang banyak menggerutu itu perlu dihimpun dalam suatu organisasi yang banyak dikenal sebagai Sarekat Buruh. Demikianlah dimana-mana tumbuh Sarekat-Sarekat Buruh sebagai jamur di musim hujan.

2.    Sudahlah diketahui, bahwa Sarekat-sarekat Buruh dibangun bukanlah sebagai tujuan, melainkan semata-mata sebagai salah satu alat penggali kekuatan Revolusioner kearah masyarakat baru. Begitulah soalnya bukan hanya asal membangun Sarekat-sareka tBuruh, tetapi soalnya ialah membangun dan memimpin Sarekat-sarekat Buruh itu selanjutnya. Patut dijaga, bahwa arah, sikap dan haluan Sarekat-sarekat Buruh tersebut benar-benar bergerak dan digerakkan kearah masyarakat baru. Sungguh merupakan penyakit yang menular dan membahayakan, bila ada kawan yang bersikap gemar membangun Sarekat-sarekat Buruh tetapi bersikap malas, ceroboh dan gegabah melantarkan pemeliharaan mutlak daripada Sarekat-sarekat Buruh yang sudah sekali di bangun itu.

                   II.        UKURAN TANGGUNG JAWAB DALAM REVOLUSI.

Disinilah terasa, betapa sedikitnya tenaga-tenaga kita yang benar-benar dapat dipertanggung-jawabkan. Tetapi kekurangan tenaga-tenaga pimpinan tidaklah boleh dijadikan alasan untuk menahan-nahan pertumbuhan dari bawah. Malahan kekurangan tenaga ini hendaklah menjadi cambuk bagi kita semuanya untuk bersikap lebih giat mempergunakan segala keuletan yang ada pada kita guna menampung dan menyaring pertumbuhan-pertumbuhan yang timbul “sebagai umbul” dari bawah. Dibawah debu dan sampah penindasan dan pemerasan, dalam ruang kemelaratan dan suasana penggerutuan Buruh, disanalah terpendam calon-calon kader dan pemimpin Buruh. Kegiatan, keuletan, keichlasan dan kejujuran daripada tenaga-tenaga Revolusioner (yang masih terbatas itu) dalam membuka saluran untuk meningkatkan calon-calon kader dan pimpinan Buruh yang masih terpendam patut di junjung tinggi sebagai ukuran tanggunng jawab dalam Revolusi.

                  III.        VAKSENTRAL.

Dalam keadaan seperti dilaporkan diatas perlu di fikirkan ichtiar untuk memimpin Sarekat-sarekat Buruh sebanyak-banyaknya dengan tenaga pimpinan yang sudah diakui amat terbatas itu. Jarak antara Sarekat-sarekat Buruh dan tenaga-tenaga pimpinan Sarekat-sarekat Buruh perlu diperdekat dengan jalan pemusatan. Begitulah diperoleh bentuk organisasi yang lazim disebut Vaksentral. Lebih jauh Vaksentral ini merupakan medan persesuaian ichtiar daripada pada tenaga-tenaga pimpinan Sarekat Buruh. Demikianlah lambat laun Vaksentral dapat meningkat dan ditingkatkan menjadi pemusatan aksi. Jelasnya Vaksentral adalah:

a.    Pemusatan daripada Massa Buruh disegala lapangan.
b.    Pemusatan dari pada pimpinan Sarekat-sarekat Buruh.
c.    Pemusatan dari pada aksi Sarekat-sarekat Buruh.

Tiga macam pemusatan yang ada pada Vaksentral itu langsung atau tidak langsung menjadi dan dijadikan suatu medan latihan dan saringan kader-kader dan calon-calon kader, pimpinan serta calon-calon pimpinan kasta Buruh. Demikianlah Vaksentral pun menjadi dan dijadikan alat penambahan kader dan pimpinan kasta Buruh. Ada faedahnya bila disajikan ke pasar lebih jauh mengenai masing-masing titik sekitar Vaksentral itu.

                  IV.        VAKSENTRAL SEBAGAI PEMUSATAN MASSA BURUH.

1.    Perlu diperingatkan, bahwa Vaksentral itu adalah himpunan sarekat-sarekat Buruh. Begitulah pangkalan Massa Vaksentral ada pada Sarekat Buruh. Dari sudut ini pemusatan Massa dalam Vaksentral perlu ditafsirkan sebagai jembatan pertemuan antara Massa Sarekat Buruh yang satu dengan Sarekat Buruh yang lain. Pertemuan ini hanya mungkin bila Sarekat-sarekat Buruh yang tergabung dalam Vaksentral itu benar-benar menginsyafi betapa pentingnya pertemuan Massa Buruh disegala lapangan yang lambat laun dapat disalurkan sebagai pemusatan tenaga Massa yang teratur. Keinsyafan tersebut dapatlah diharapkan daripada masing-masing Sarekat Buruh bila Sarekat-sarekat Buruh benar-benar menjalankan tugas sejarahnya ialah berjuang untuk lingkungan sekerja yang tiadalah dapat dipisahkan  dari pada perjuangan kasta Buruh umumnya, malahan dalam tingkatan terakhir akan dirasakan pula bahwa dengan tiada kekuatan kasta Buruh seutuhnya, tuntutan selingkungan dapatlah dianggap sepi sebagai angin lalu belaka. Jelasnya dengan tiada kesadaran daripada Sarekat-sarekat Buruh masing-masing untuk menghubungkan Massanya lewat Vaksentral tiadalah mungkin Vaksentral benar-benar menjadi pemusatan Massa Buruh.

2.    Tidak ada penyakit yang lebih besar yang dapat menyerang Vaksentral daripada sikap Sarekat Buruh yang menyembungikan Massanya masing-masing kepada Vaksentralnya sendiri. Sikap tersebut berakibat mengisoliir Vaksentral dari pada Massa Buruh yang sama halnya dengan melumpuhkan Vaksentral dari dalam. Padahal sudahlah diketahui oleh masing-masing Sarekat Buruh, bahwa Vaksentral dibangun bukan untuk melemahkan kasta Buruh, melainkan untuk menambah kekuatan kasta Buruh. Dan sikap dari Sarekat Buruh yang langsung atau tidak langsung melemahkan Vaksentralnya sendiri sesungguhnya tiada lain hanya melemahkan kekuatan kasta Buruh, kasta mana yang menurut keyakinan patut menjadi sasaran pembelaan itu.
3.    Sungguh menyedihkan sikap Sarekat-sarekat yang dalam kongres berebut jumlah suara dengan “menyulap” jumlah anggota sebesar-besarnya, padahal pada waktu pemungutan kontribusi (iuaran) banyak Sarekat-sarekat Buruh yang bersikap sebaliknya dengan menunjukkan jumlah anggota yang sekecil-kecilnya. Malahan ada yang berterang-terangan menolak memberikan daftar atau jumlah anggota, karena khawatir dengan itu dapatlah diketahui oleh Vaksentral kekuatan dari pada Sarekat Buruh yang bersangkutan. Korupsi atau kecurigaan semacam itu sungguh memukul kasta Buruh sendiri. Vaksentral dibangun dengan keyakinan dapatlah menambah kekuatan kasta Buruh, padahal korupsi atau kecurigaan semaam itu yang sengaja di tunjukkan kepada Vaksentralnya sendiri, semata-mata hanya melumpuhkan kasta Buruh.

4.     Main sulap lebih dan main sulap kurang, karena pada dasarnya mencurigai Vaksentral yang dibentuknya sendiri itu dapat menimbulkan bahaya yang kerapkali tidak terduga. Laporan palsu mudah menimbulkan bahaya yang kerapkali tidak terduga. Laporan palsu mudah menimbulkan salah ukur yang berbahaya. Karena laporan palsu Vaksentral dapat terjebak dalam opportunisme dan advontur** yang yang merugikan kasta Buruh. Jangan menipu diri sendiri.

5.    Sebagai pemusatan Massa Buruh dari segala lapangan Vaksentral perlu memiliki bahan-bahan laporan yang kongkrit. Laporan sulapan patut dihindari. Dibutuhkan bahan-bahan yang jelas mengenai keadaan atau organisasi Sarekat Buruh yang sebenarnya. Tingkatan kesanggupan Massa Buruh perlu diketahui dengan pasti oleh Vaksentral dari masing-masing Sarekat Buruh yang tergabung dalam Vaksentral. Bahan-bahan yang disajikan hendaklah benar-benar merupakah bahan kasta. Bahan-bahan perseorangan patutlah dihindari. Pedoman bahwa Buruh bergerak sebagai kasta, tidak sebagai orang patut dilaksanakan dalam praktek. Karena kekurangan laporan kasta, mudah pengurus Vaksentral tenggelam dalam angan-angannya sendiri, angan-angan perseorangan yang kurang malahan mungkin tidak ada hubungannya sama sekali dengan kenyataan yang ada berlaku dalam masyarakat.

6.    a. Adanya SOBSI setuju dengan Linggarjati dan Renville itu adalah sulapan angan-angan perseorangannya yang berkesempatan dan diberi kesempatan merajalela dalam SOBSI, karena SOBSI sengaja atau tidak sengaja menghindari perundingan dengan Massa Buruh.


b. Adanya Harjono almarhum, ketua SOBSI dengan semangat menyala-nyala memihak kepada “MADIUN” dengan membawa nama SOBSI, tetapi tiada beserta Massa SOBSI sesungguhnya adalah satu bukti tidak mengertinya Harjono dewasa itu mengenai tingkatan kesanggupan Massa Buruh dalam kalangan SOBSI.
C. adanya SOBSI main paksa kepada Buruh untuk mengakui Amir Sjarifuddin yang banyak menghianati Buruh itu sebagai pahlawan Buruh, adalah suatu kechilafan besar yang timbul karena sikap menenggelamkan diri dalam angan-angan pengurus, angan-angan perseorangannya yang justru tidaklah dapat diterima oleh kaum Buruh.

7.    Jelaslah sudah dengan tiga contoh diatas dapatlah diketahui betapa beratnya sebagai Vaksentral penyakit main-main sulap kurang atau sulap lebih, main beres, model ditangan saja, jual-beli anak kita, dll. Sesungguhnya permintaan bahan aneka-warna yang diajukan oleh Vaksentral kepada Serikat-serikat Buruh, anggota Vaksentral, patut dilayani sebagai mana mestinya, karena bahan-bahan tersebut benar-benar menjadi lantai sepanjang sikap dan haluan Vaksentral yang bergerak dan digerakkkan dengan kekuatan yang berlipat sebagai jumlah kekuatan Sarekat Buruh kearah masyarakat baru.

8.    Pokoknya keadaan Vaksentral tak ada ubahnya dengan Sarekat Buruh. Vaksentral ada atau ditiadakan, Vaksentral berdiri atau tidak berdiri. Dan sekali berdiri atau didirikan Vaksentral itu benar-benar merupakan jaminan bahwa Vaksentral tersebut benar-benar bergerak dan digerakkan kearah masyarakat baru. Sungguh merupakan penyakit yang menular dan membahayakan, bila ada Sarekat Buruh yang bersikap gemar membangun Vaksentral tetapi bersikap malas, ceroboh dan gegabah melantarkan pemeliharaan mutlak dari pada Vaksentral yang sudah sekali dibangun itu.

                    V.        VAKSENTRAL SEBAGAI PEMUSATAN PIMPINAN SAREKAT-SAREKAT BURUH.

1.    Keadaan masyarakat sekarang begitu rupa, hingga kecerdasan dan ketegasan kasta Buruh belum lagi merata. Kenyataan ini sudahlah sama-sama diketahui dan kita rasakan bersama. Gampangnya saja dapatlah kita ambil contoh keadaan Buruh pemerintah. Buruh pemerintah kecerdasannya patut dibanggakan. Boleh dikatakan tidaklah ada buta-huruf dikalangan Buruh pemerintah. Tetapi ketegasan daripada kasta Buruh pemerintah jauh dari pada sempurna. Malahan ketegasan kasta dari pada Buruh pemerintah pada umumnya amatlah mengecewakan adanya. Sebaliknya Buruh pabrik, tambang, perkebunan, dll kecerdasannya tidaklah seperti Buruh pemerintah. Banyak diantara Buruh ini yang buta-huruf, tetapi walaupun buta-huruf mereka tidak buta kasta. Ketegasan kasta mereka jauh lebih tinggi dari pada ketegasan kasta Buruh pemerintah.

2.    Adapun yang kita butuhkan dalam pimpinan kasta Buruh ialah kecerdasan dan ketegasan kasta. Dimana kecerdasan dan ketegasan kasta itu berkumpul, disanalah kita dapat membanggakan adanya kesadaran kasta. Inilah yang belum banyak terdapat diantara kita. Barisan pimpinan kasta Buruh Indonesia masih tipis sekali. Begitulah tenaga-tenaga pimpinan kasta Buruh belumlah dapat cukup terbagi rata dikalangan Sarekat-sarekat Buruh. Ada Sarekat-sarekat Buruh yang beruntung memiliki jumlah tenaga pimpinan yang agak menggembirakan sedangkan ada pula Sarekat Buruh yang banyak mengeluh karena merasa tidak mempunyai pimpinan yang cakap.

3.    Bila diatas sudah dikemukakan perlunya ada keinsyafan dari Sarekat-sarekat Buruh anggota Vaksentral untuk menghubungkan Massanya dengan lain-lain Massa Buruh dalam lingkungan Vaksentral, maka keinsyafan dari Sarekat-sarekat Buruh itu pula dibutuhkan untuk tidak merahasiakan dan memonopoli tenaga-tenaganya yang cakap. Sarekat-sarekat Buruh anggota Vaksentral harus memberi kesempatan kepada sebagian tenaga-tenaganya yang cakap untuk memimpin Sarekat-sarekat Buruh lain dengan perantaraan Vaksentral. Begitulah dapat dituup sekedar kekurangan tenaga pimpinan yang ada.

4.    Sudah tentu bukanlah maksud kita untuk memeras tenaga pimpinan yang terbatas itu terus-menerus sampai tidak dapat diperas lagi. Kita bekerja dengan kelanjutan yang tertentu. Kita tidak bekerja sekali pukul. Demikianlah Vaksentral sebagai pemusatan tenaga pimpinan Sarekat Buruh perlu mencari dan mempergunakan kesempatan untuk menambah tenaga Sarekat Buruh. Calon-calon kader dan pimpinan Buruh patut dicari dari kalangan Sarekat-sarekat Buruh anggota Vaksentral.

5.    Masing-masing Sarekat Buruh hendaknyalah membagi anggotanya dalam lima golongan:

a.    Tenaga-tenaga Pokok.
Tenaga-tenaga ini banyak inisiatif (ichtiar) serta cukup memiliki kegiatan bekerja.
b.    Tenaga-tenaga Pembantu.
Tenaga-tenaga ini kurang inisiatifnya, tetapi cukuplah ada kegiatan bekerja dan rajin minta tugas yang tertentu.
c.    Tenaga setengan pembantu.
Tenaga-tenaga ini kurang inisiatifnya tidak pula rajin minta tugas, tetapi selalu bersikap solider, bilamana menerima instruksi yang tertentu.
d.    Tenaga-tenaga biasa.
Tenaga-tenaga ini kurang inisiatif, tidak begitu ringan tenaga dan gerak-geriknya masih dalam tingkatan masa bodoh.
e.    Tenaga tanda-tanya.
Tenaga-tenaga ini perlu diselidiki lebih jauh untuk apakah sebenarnya ia masuk Serikat Buruh. Gerak-geriknya lebih banyak mengacaukan daripada pada membawa perbaikan organisasi Serikat Buruh. Kewajiban Vaksentral ialah meningkatkan masing-masing golongan yang kiranya masih dapat menerima perbaikan itu. Demikianlah Vaksentral dapat melakukan tugasnya menambah barisan kader dan pimpinan Serikat Buruh.
6.    Tak mengherankan, bila Sarekat-sarekat Buruh yang memiliki lebih banyak tenaga-tenaga kader dan pimpinan itu dalam Vaksentral menjadi anggota terkemuka dan pekerjaan Vaksentral pada permulaan sudah barang tentu berpusat kepada anggota Vaksentral tersebut. Tanggung-jawab yang berat sudah barang tentu tidaklah patut ditolak sebagai beban, melainkan harus diterima sebagai tugas kehormatan.

                  VI.        VAKSENTRAL SEBAGAI PEMUSATAN AKSI.

1.    Vaksentral sebagai pemusatan Massa dan pimpinan Sarekat Buruh sudahlah barang tentu bertugas menjalankan pemusatan aksi Sarekat Buruh. Makin berpusat aksi Serikat Buruh itu, makin teratur aksi tersebut makin berbahayalah bagi lawan kasta Buruh. Maka tiadalah bahaya yang lebih ditakuti oleh modal dan para pembantunya dari pada pemusatan aksi Serikat-serikat Buruh itu. Dengan jalan pemusatan, aksi Sarekat-sarekat Buruh dapatlah dibagi dalam beberapa tingkatan:

a.    Aksi dalam suatu perusahaan (pabrik).
b.    Aksi dalam satu lapangan perusahaan yang sejenis.
c.    Aksi dalam lapangan perusahaan yang sesifat.
d.    Aksi umum.

2.    Pemusatan aksi ini harus dilaksanakan dengan penuh kebijaksanaan. Timbal- balik antara fikiran pimpinan dan kesanggupan tenaga Massa harus benar-benar diperhitungkan. Pemusatan fikiran pimpinan yang semata-mata tiada disertai pemusatan tenaga Massa tidaklah cukup. Pemusatan semacam itu sama halnya dengan pemusatan aksi zonder aksi alias bukan aksi. Demikianlah pemusatan yang digalang itu hendaknya tetap bergerak diatas dasar demokrasi yang benar-benar meninjau suara dan kesanggupan dari bawah. Disinilah terasa, betapa pentingnya pemusatan yang demokratis itu.

3.    Dalam tiap-tiap aksi perlu difikirkan:


a.    Tuntutan yang tepat dan jelas dari pada aksi.
b.    Waktu yang tepat untuk beraksi.
c.    Cara yang tepat untuk menjalankan aksi.

                VII.        VAKSENTRAL MENJADIKAN BAHAN TENAGA BAGI PARTAI KASTA BURUH.
Dalamm ichtiar pemusatan Massa, pimpinan dan aksi, Vaksentral serta Sarekat-sarekat Buruh akan beroleh pengalaman, bahwa tenaga-tenaga pimpinan dalam Sarekat-sarekat Buruh dan Vaksentral itu tidaklah cukup bertemu dan mencari persesuaian dalam Sarekat Buruh dan Vaksentral. Hubungan para pimpinan Sarekat Buruh dan Vaksentral tersebut harus meningkat dan ditingkatkan dalam bentuk yang lebih erat dan lebih tinggi, hingga lebih lancarlah gerak langkah pemusatan dalam Vaksentral. Bentuk pemusatan pimpinan yang lebih tinggi yang dimaksud tiada lain dari pada Partai kasta Buruh. Jelaslah! Setelah cukup terlatih dan tersaring dalam Sarekat Buruh dan Vaksentral tenaga-tenaga pokok yang paling maju dapat meningkat dan ditingkatkan menjadi anggota Partai kasta Buruh.

               VIII.        Jalan Vaksentral perlu ditempuh. Dalam tingkat perjuangan sekarang, dimana kegentingan nasional dan internasional sudah jauh meningkat, dimana benar-benar dibutuhkan pemusatan Massa, pimpinan dan aksi, sudahlah tentu sikap non-Vaksentral tidaklah mungkin dapat dibenarkan. Sikap non-Vaksentral berarti memisahkan diri dan menyendiri (sektaris).

1.    Bila Sarekat Buruh tersebut lemah, maka sikap memisahkan diri dan menyendiri itu, berarti merugikan Sarekat Buruh itu sendiri, karena sikap tersebut tiada lain dari pada menolak bantuan dan pimpinan Sarekat Buruh lain.
2.    Sarekat Buruh tersebut kuat, maka sikap memisahkan diri dan menyendiri itu berarti merugikan kasta Buruh karena sikap tersebut sama halnya dengan menolak member bantuan dan pimpinan kepada Sarekat-sarekat Buruh lain.

                  IX.        SUSUNAN HORIZONTAL DALAM VAKSENTRAL.
Vaksentral membuka perhubungan yang luas antara Sarekat Buruh. Bukankah ditiap kabupaten disusun cabang Vaksentral? Dalam cabang Vaksentral tersebut bertemu dan diketemukan Sarekat-sareka Buruh dari macam-macam jenis perusahaan. Susunan dimana pelbagai Sarekat-sarekat Buruh dapat berhubungan dan dihubungkan itu, lazim disebut susunan horizontal. Dalam susunan horizontal ini dapatlah ketemu dan diketemukan Sarekat-sarekat Buruh yang sejenis dalam satu kabupaten dan lain kabupaten. Begitulah dalam Vaksentral didapat jalan untuk menyusun Sarekat-sarekat Buruh yang sejenis dalam susunan yang merupakan kesatuan dari bawah sampai keatas dengan pusat yang tertentu. Demikianlah susunan horizontal itu dapatlah dijadikan saluran untuk menggalang kesatuan Sarekat Buruh yang lazim disebut Sarekat Buruh Vertikal. Semuanya ini sudah barang tentu akan membawa perbaikan dalam organisasi Buruh.




Catatan:
*Ibnu Parna: anggota Comite Pusat ACOMMA

**Advontur: “petualang”

Comments

Popular posts from this blog

Paradigma Pemikiran Ali Syariati

Ali Syariati sebagai intelektual sekaligus ideolog Iran ternyata memiliki banyak paradigma dalam menyusun pemikirannya. Pemikiran Syariati cenderung mengarah eklektisisme, tidak mentah-mentah mengambil pemikiran tanpa melakukan seleksi secara kritis. Selama tinggal di Paris, Ali Syariati bertemu dengan banyak orang yang mempengaruhi persepsinya mengenai kehidupan dan cara pandang dunia: dari militan, filsuf, akademisi, artis, penyair, musisi dan bahkan penjaga toko. Dengan sikap eklektiknya mampu memahami Iman Ali, Imam Hussain, Abu Dzar, Jean Paul Sartre, Frantz Fenon, massignon dan Karl Marx. Oleh karena itu, Syariati sering dikatakan banyak wajah, yang pada gilirannya membuat orang keliru memahaminya. Ali Syariati dalam kepribadiannya memiliki tiga karakter yang berbeda. Pertama, Ali Syariati seorang sosiolog yang tertarik pada dialektika antara teori dan praktik; antara ide dengan kekuatan-kekuatan sosial; antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Kedua, Ali Syariati seora...