Skip to main content

Untuk Semua Manusia Penghuni Pulau Biru


Suatu jalan panjang yang berliku
Gelap yang semakin menebal
Ialah raksasa yang angkuh
Menyeramkan, terus meneror dan menghancurkan ke-manusia-an

Muncul dari dasar bumi menelan cahaya-nya hidup
“Eudenonisme” menjadi merana tak terbayang
Setelah penghancuran atas monarki absolut
Menjadikan pengusa dan dengan republik agar dihormati
Dengan seruan suci, dengan parade bersenjata,
Dengan rumah tempat tumpukan dollar
Membuatnya semakin Berjaya

Tapi tidak untuk mereka para pekerja-upahan
Hidup mereka bukan sepenuhnya miliknya,
Mereka mencipta namun bukan untuknya,
Mereka di jauhkan dari orang-orang yang terkasih
Seiring menyesakkan nafas
Bersama luka yang semakin menganga

Mereka mulai berkumpul
Meraka mulai membusungkan dada
Ribuan semut merah mulai menjarah
Mereka sadar akan hukum sejarah

Lantas mereka berseru:
“Kamilah pengganti dari kekuasaan leviathan yang tiran”
“Kami bawa buah tangan anti private property
“Kamilah masa depan yang cerah”

Para pekerja-upahan berkumpul di jalan, di gedung-gedung
Peperangan pun telah dimulai
Perang yang tak terdamaikan dan harus dimenangkan
Raksasa terjungkal dari singgasananya
Mati di tiang-tiang pusat kota

Sorak-sorak kemengan menggemuruh
Panji merah dimana-mana
Mereka pun berkuasa
Semua merasa nyaman
Sistem kaya-miskin lenyap
Mereka benar-benar setara
Dan republik pun menguap
Seruan suci, parade bersenjata,
Rumah tempat tumpukan dollar menjadi barang antic

Peradaban baru, kebudayaan baru
Inilah pulau biru
Senyum dan tawa dari setiap bibir orang-orang yang bebas

2 Agustus 2011

Comments

Popular posts from this blog

Paradigma Pemikiran Ali Syariati

Ali Syariati sebagai intelektual sekaligus ideolog Iran ternyata memiliki banyak paradigma dalam menyusun pemikirannya. Pemikiran Syariati cenderung mengarah eklektisisme, tidak mentah-mentah mengambil pemikiran tanpa melakukan seleksi secara kritis. Selama tinggal di Paris, Ali Syariati bertemu dengan banyak orang yang mempengaruhi persepsinya mengenai kehidupan dan cara pandang dunia: dari militan, filsuf, akademisi, artis, penyair, musisi dan bahkan penjaga toko. Dengan sikap eklektiknya mampu memahami Iman Ali, Imam Hussain, Abu Dzar, Jean Paul Sartre, Frantz Fenon, massignon dan Karl Marx. Oleh karena itu, Syariati sering dikatakan banyak wajah, yang pada gilirannya membuat orang keliru memahaminya. Ali Syariati dalam kepribadiannya memiliki tiga karakter yang berbeda. Pertama, Ali Syariati seorang sosiolog yang tertarik pada dialektika antara teori dan praktik; antara ide dengan kekuatan-kekuatan sosial; antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Kedua, Ali Syariati seora...