Skip to main content

The Year of Living Dangerously | Kisah Wartawan Asing Di Seputar Konflik Politik '65


 

















 Nonton Film





The Year of Living Dangerously
Tahun            : 1982
Sutradara      : Peter Weir
Produser       : Jim McElroy
Penulis          : Cristopher Koch, Peter Weir, David Williamson
Pemain          : Mel Gibson, Sigourney Weaver, Linda Hunt

Film The Year of Living Dangerously (tahun-tahun hidup dalam bahaya) dibuat berdasarkan novel karangan Cristopher Koch dengan judul sama. Film berlatar belakang situasi politik Indonesia (tepatnya Jakarta) tahun 1965.
Judul The Year of Living Dangerously diambil dari pidato persiden Soekarno pada tahun 1964 dengan tema TAVIP (Tahun Vivere Pericoloso). Vivere Pericoloso merupakan istilah dari bahasa Italia yang menjadi slogan dari kepatuahan kaum fasis. Arti vivere pericoloso adalah hidup di tengah bahaya.
Pidato Soekarno bertema TAVIP ingin menegaskan arah revolusi Indonesia yang telah dibelokan oleh beberapa elit tentara dari angkatan darat yang menjadikan konflik politik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Berikut kutipan pidato Soekarno:
“Revolusi kita bukan sekadar mengusir Pemerintahan Belanda dari Indonesia. Revolusi kita menuju lebih jauh lagi daripada itu. Revolusi Indonesia menuju tiga kerangka yang sudah terkenal. Revolusi Indonesia menuju kepada Sosialisme! Revolusi Indonesia menuju kepada Dunia Baru tanpa exploitation de l‘homme par l‘homme dan exploitation de nation par nation.”
Seperti novel yang dilarang di Indonesia ketika Orde Baru masih berkuasa, begitu pula dengan film ini. Baru pada tahun 1999 setelah Orde Baru runtuh film ini boleh ditayangkan. Penggarapan film ini dilarang juga di Indonesia, sehingga penggarapan film dilakukan di Filipina.
Film ini dimulai dengan pengatar pentas wayang sebagai simbol budaya Indonesia. Guy Hamilton (Gibson) seorang korespondensi asing (wartawan) dari Australia yang baru saja tiba di Jakarta dan dipandu oleh Billy Kwan (Hunt), seorang kameramen/ fotografer bertubuh pendek. Billy membawa Guy jalan-jalan kepasar dan melihat penderitan dan kemiskinan rakayat. Dan Billy melontarkan pertanyaan yang menarik kepada Guy tentang kemiskinan rakyat, yaitu “apa yang harus kami dilakukan” seperti pertanyaan Luke Bab 3 ayat 10, “lalu apa yang harus kita dilakukan” pertanyaan Tolstoy.
Guy dan Billy akhirnya bekerjasama dalam mencari berita. Dengan bantuan Billy, Guy mendapatkan wawancara ekslusif dengan Aidit, ketua Partai Komunis Indonesia. Wawancara perdana tersebut mengambil tema “soekarno menyerah pada tuntutan komunis, sila kelima amandemen.”
Peliputan Guy dan Billy selanjutnya adalah demontrasi besar-besaran PKI menuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat. Dalam peliputan Guy dan Billy sempat terjadi ketegangan dengan para demonstan, namun mereka akhirnya selamat.
Guy tertarik pada Jill Bryant (Weaver) seorang pegawai kedutaan Inggris di Jakarta. Pertemuan pertama Guy dengan Jill belum ada tanda-tanda asmara, namun dalam pertemuan kedua di Priok, Guy mulai menyukai Jill. Selanjutnya pertemuan ketiga di acara pesta dansa, Guy mencium Jill dan meraka pun menjalin asmara.
Sementara, Billy sebagai warga Indonesia, ia terus menyaksikan penderitaan dan kemiskinan rakyat. Lalu ia pun ingin menjawab pertanyaan Luke dan Tolstoy yaitu, “lalu apa yang harus kita dilakukan.” Kemudian Billy menyelinap ke hotel tempat jamuan orang-orang kaya. Ia pergi ke lantai atas dan membentangkan kain putih bertuliskan “Soekarno Feed Your People”. Tulisan itu adalah pesan bagi Soekarno bahwa rakyat butuh makan. Ketika Billy akan ditangkap, lalu ia menjatuhkan diri dari hotel dan akhirnya ia meninggal.
Pagi harinya, Guy mendengar radio bahwa telah terjadi percobaan kude. Kemudian ia bergegas ke Istana untuk mendapatkan berita. Namun tidak diperbolehkan masuk Istana oleh aparat dan Guy di pukul dengan laras panjang hingga berdarah. Dan selanjutnya Guy dibawa kerumah mendiang Billy.
Situasi Jakarta semakin panas, dimana-mana di terjadi blockade oleh tentara. Soekarno hanya menjadi boneka dan yang memainkan peran adalah tentara. Guy menuju kebandara, ia melihat eksekusi orang-orang PKI di pinggir jalan. Didepan pandara ia melihat orang-orang ditangkapi oleh tentara. Radio yang berisi siaran kudeta, di ambil dan dirusak oleh petugas bandara dibantu tentara. Dan Guy pun menuju pesawat yang sudah ditunggu oleh Jill. Inilah roman asmara ditengah konflik politik dan kekejaman tentara.

Comments

Popular posts from this blog

Paradigma Pemikiran Ali Syariati

Ali Syariati sebagai intelektual sekaligus ideolog Iran ternyata memiliki banyak paradigma dalam menyusun pemikirannya. Pemikiran Syariati cenderung mengarah eklektisisme, tidak mentah-mentah mengambil pemikiran tanpa melakukan seleksi secara kritis. Selama tinggal di Paris, Ali Syariati bertemu dengan banyak orang yang mempengaruhi persepsinya mengenai kehidupan dan cara pandang dunia: dari militan, filsuf, akademisi, artis, penyair, musisi dan bahkan penjaga toko. Dengan sikap eklektiknya mampu memahami Iman Ali, Imam Hussain, Abu Dzar, Jean Paul Sartre, Frantz Fenon, massignon dan Karl Marx. Oleh karena itu, Syariati sering dikatakan banyak wajah, yang pada gilirannya membuat orang keliru memahaminya. Ali Syariati dalam kepribadiannya memiliki tiga karakter yang berbeda. Pertama, Ali Syariati seorang sosiolog yang tertarik pada dialektika antara teori dan praktik; antara ide dengan kekuatan-kekuatan sosial; antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Kedua, Ali Syariati seora...