Skip to main content

LAPORAN MENGENAI PERGERAKAN REVOLUSIONER DI JAWA


(Naskhah awal dalam Bahana Jerman, diterjemah dan diketik ulang oleh komrad dari Indonesia ) 

Oleh: Tan Malaka 

Comrade A. Langkcmper yang pernah datang ke Pulau Jawa Untuk tinggal selama beberapa bulan dari Belanda telah menuliskan sebuah laporan mengenai Partai Komunis Hindia dan pergerakan buruhnya. Comrade AL hanya bergerak di pergerakan Belanda sahaja dan tidak mengetahui secara spesifik bagaimana Pergerakan Kaum Komunis dan Buruh di Jawa selama ini. Dan yang juga menjadi sebuah kendala adalah bahwa ia tidak mengerti Bahasa Melayu sama sekali. Dan dalam waktu yang singkat tersebut, ia juga tidak sempat untuk mempelajari adat istiadat para pckcrja di Jawa sehingga sangatlah sulit untuk menghindari tedadinya kesalahpahaman seperti yang dituliskan oleh Comrade A.I. tentang Tanah Jawa. 

Comrade A.L tentu menulis tentang reaksi-reaksi para rakanrakannya yang duduk di penjara atau mereka yang berhasil melarikan diri. Tetapi ia juga teringat bahwa reaksi-reaksi itu adalah karena pengawasan ketat dari pemerintah terhadap korespondensi kaum Komunis yang diawasi dari bawah hingga kepusatnya dan juga terhadap perkumpulan-perkumpulan dan para Pemimpin Komunis yang diawasi siang dan malam. Pengalaman kami menunjukkan bahwa semua kegiatan Komunis adalah alasan yang kuat bagi pemerintah untuk mengusir nrang-nrang Komunis atas nama pemerintahan. Jika Comrade mengetahui dan verpengalaman dalam memahami Pergerakan Indonesia dan seluk beluk Persatuannya, maka ia tentu akan bisa berbicara lebih banyak tentang Aksi Persatuan dan Pergerakan Partai. 

Sebuah ketidaktahuanlah yang menyebabkan Ia berbicara sedikit tentang kehidupan yang sulit dan bagian dari propaganda tersebut. Tidak mungkin berbicara tentang kegiatan para orang orang Madiun yang pada Kongres terakhir Sarekat Islam mcngatakan bahwa di Jogjakarta telah banyak anggota Sarekat Islam yang tunduk kepada gerakan Komunis setelah kongres mereka di Bandung, tentang gerakan di Ternate, tentang tiga belas sekolah yang didirikan dan dikelola oleh kaum Pergerakan dan terutama tentang krisis di Sarekat Islam yang dapat menguntungkan kaum Komunis. Karena Strategi dan Taktik yang jitu sudah ada 20 cabang yang tunduk kepada gerakan Komunis (yang memiliki anggota kurang lebih 100,000 orang). Ini berarti bahwa lebih sedikit propaganda dari gerakan Komunis, karena mereka melewati Sarekat Islam yang telah banyak mengadakan diskusi, sehingga sulit untuk menilai seorang anggota Partai Komunis dari itu. 

Ini membuktikan kembali pernyataan Comrade A.L bahwa tanpa basa-basi pada Pergerakan Semarang sudah bergabung 150,000 anggota. Walaupun 150,000 terlihat tidak banyak, namun jika menggabungkannya dengan anggota Sarekat Islam yang berjumlah 600,000, maka keanggotaannya telihat besar. Yang sudah sejak tujuh tahun memiliki visi dan misi yang sama seperti Partai Komunis, sehingga penambahan 150,000 anggota memberikan kesan yang lebih mendalam, seperti yang dicadangkan oleh Comrade A.L kepada pembacanya yang tidak mengenakan seragam. Dapat disimpulkan bahwa jika para intelektual juga menyebut diri mereka Komunis, maka dapat dikumpulkan (termasuk Ternate) sebanyak 15,000 anggota yang kemudian berdiri dibawah naungan Komunis bukan dibawah Pergerakan Pekerja. Dapat dikatakan bahwa kami belum mau menjadi Partai yang berkuasa walau dengan 40,000 pekerja. 

Ketika Comrade A.L mengutip kekuatan spiritual oportunitas secara berlebihan, terlihat bahwa pengetahuannya tentang Hindia-Belanda masih sangat kurang. Pemerintah Hindia-Belanda dan pers kapitalis melihatnya justru sebaliknya. 

Hanya para pekerja kereta api saja yang masih berada di keadaan awal mereka kata Comrade AL. Ia mengatakan bahwa para pekerja pos & telegraf dan terutama para pekerja pabrik gula tidak menunduk kepada Partai Komunis. Dan bahwa organisasi pemilih Komunis (dahulu mereka berada dibawah kepemimpinan pemerintah) maju dengan sangat baik. 

Bagaimana bisa Comrade A.L menilai koran-koran Komunis? Tidak semuanya menggunakan Bahasa Melayu. Saya berkeyakinan bahwa Comrade A.L dibuat salah paham oleh orang lain. Kami mempunyai semua koran-koran tersebut. Kekurangan mungkin ada dalam Suara Rakyat, tetapi para redaktur senior telah berada diluar negeri atau dideportasi. Walau begitu masih ada hal-hal yang diterjemahkan dari buku-buku Komunis baik secara nasional maupun internasional, namun kenapa Comrade A.L tidak berbicara melalui melalui Sinar Hindia, koran harian Perserikatan Komunis Hindia. Melalui koran itu ia dapat menyampaikan pesannya kepada para rakannya dan karena koran ini cukup mempunyai nama. Penilaian terhadap situasi para pekerja, kritik terhadap pemerintah, polemik terhadap Pemimpin Nasionalis ada disini, yang betul-betul bernilai Komunis. Walaupun mereka tidak memiliki professor, rektor atau orang Belanda sebagai redaksi, namun mereka mencerminkan keadaan dan keperluan para pekerja Indonesia di saat itu. 

Kemudian tentang Semaun dan pernyataan-pernyatannya. Bahwa Ia setuju dengan Uni Soviet dan bahwa Indonesia masih memerlukan bantuan Belanda. Bukti nyata adalah ketika Semaun dipanggil oleh pemerintah dan di interogasi. Itu adalah permainan awal pemerintah sebelum mengusir seorang Pemimpin Komunis. Pemerintah mengingatkan agar tidak melakukan propaganda di radio, pergerakan-pergerakan ataupun melalui Sarekat Islam. Comrade Semaun tentu melakukan kesalahan di bidang-bidang tersebut, namun menyalahkan semua anggota Partai Komunis Indonesia atas kesalahan Semaun adalah tidak adil .

Kongres Partai yang terakhir sayangnya tidak didatangi oleh Comrade A.L. Kongres ini tidak hanya mempengaruhi semua Pergerakan Komunis Indonesia, namun juga Budi Utomo dan Partai Nasionalis Belanda serta gerakan Komunisnya. Jika Comrade A.L lebih lama menetap di Jawa dan mengikuti Kongres Sarekat Islam di Madiun dan _Bandung, pasti akan mengenal penetapan kelas masyarakat di Jawa dan terutama memahami bahasanya, maka tentu Ia akan menulis dengan cara lain tentang pergerakan Komunisme di Indonesia pada koran-koran di Belanda. Dan jika Ia memahami bahasa Indonesia lebih baik, Ia tentu tidak akan terpengaruh oleh beberapa orang Belanda atau kaum intelek pribumi dan juga Ia tidak akan kembali ke Belanda dengan menilai Pergerakan Komunis dengan pesimis. 

Diterbitkan oleh:
RepublikBuku didaftarkan sebagai Fajar Kiri Publication
No. 39 Lorong 51 A/223B Seksyen 51A
46100 Petaling Jaya, Selangor

Catakan I : Oktober 2019

Comments

Popular posts from this blog

Paradigma Pemikiran Ali Syariati

Ali Syariati sebagai intelektual sekaligus ideolog Iran ternyata memiliki banyak paradigma dalam menyusun pemikirannya. Pemikiran Syariati cenderung mengarah eklektisisme, tidak mentah-mentah mengambil pemikiran tanpa melakukan seleksi secara kritis. Selama tinggal di Paris, Ali Syariati bertemu dengan banyak orang yang mempengaruhi persepsinya mengenai kehidupan dan cara pandang dunia: dari militan, filsuf, akademisi, artis, penyair, musisi dan bahkan penjaga toko. Dengan sikap eklektiknya mampu memahami Iman Ali, Imam Hussain, Abu Dzar, Jean Paul Sartre, Frantz Fenon, massignon dan Karl Marx. Oleh karena itu, Syariati sering dikatakan banyak wajah, yang pada gilirannya membuat orang keliru memahaminya. Ali Syariati dalam kepribadiannya memiliki tiga karakter yang berbeda. Pertama, Ali Syariati seorang sosiolog yang tertarik pada dialektika antara teori dan praktik; antara ide dengan kekuatan-kekuatan sosial; antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Kedua, Ali Syariati seora...