Karya: Karl Marx
Ambilah, ambilah semua kidung ini dari padaku
Hingga cinta berbaring di kakimu
Tempat jiwa bebas mendekat bermandi cahayamu
Diiringi lantunan kecapi yang melaju
Oh, andai gema kidung ini mampu
Melahirkan kerinduan dengan sentuhan yang merdu
Membuat hati berdenyut penuh hasrat
Hingga hatimu yang agung melambai lembut
Lalu kusaksikan dari kejauhan
Kemenangan membawamu sinar kesetiaan
Lalu aku kan berjuang, jauh lebih berani
Lalu kidungku kan terbang melayang, jauh lebih tinggi
Terjiwai, kidungku kan menjadi leluasa kembali
Dan dalam kepahitan yang manis
Kecapiku akan menangis
Bagiku, tak ada ketenaran duniawi
Mesti menjangkau tiap sudut bumi
Meski layak digenggam dengan bangga hati
Meski mencapai tempat-tempat jauh sekali
Sebanding dengan sorot matamu, saat berbinar penuh
Dengan hatimu, saat hangat oleh kegembiran yang riuh
Atau linangan air matamu, saat mengalir bagai peluh
Diperas oleh sentuhan tembang yang teduh
Dengan hati riang kan ku pasrahkan jiwa ini
Dalam desah alunan kecapi
Kan ku serahkan pula hidup yang sekali
Asal dapat ku capai puncak tertinggi
Asal dapat ku menangkan hadiah terindah
Mendampingimu dalam senang dan susah
Ah, sebentar lagi mungkin bait-bait ini akan terbang tinggi
Menemuimu bergetar sekali lagi
Sukmaku merunduk dalam kerendahan
Oleh ketakutan dungu dan pedihnya perpisahan
Bayangan indah penipu diri telah menyesatkan
Sepanjang jalan kesia-siaan
Tak kan bisa lagi tercapai puncak tertinggi yang ku idamkan
Dan segera, tak kan lagi tersisa harapan
Ketika aku kembali dari tempat yang jauh
Ke rumah syarat kenangan itu, dengan kerinduan penuh
Orang lain sedang memelukmu
Yang terindah, dengan bangga ia mendekapmu
Lalu serasa petir sedang menyambarku
Pada derita dan kehancuran ia menghantarku
Maafkan aku, memberanikan diri mengharap cercamu
Tetapi jiwa ini ingin jujur mengaku
Bibir sang pengidung rela terbakar lebam
Demi menghembus bara kegelisahan agar padam
Lalu kehilangan diriku sendiri, dungu dan resah
Haruskah sang pengidung menipu
Tak mencintaimu setelah memandang wajahmu?
Begitu tinggi saat berandai-andai jiwaku
Di hadapanku engkau berdiri anggun membisu
Tiada lain yang ku harap, selain tetes-tetes air matamu
Selain kau menikmati lantunan-lantunan kidungku
Dan menghiasinya dengan pernik-pernik keindahan
Meski setelah itu ia harus bergegas menuju ketiadaan
“Untuk Jenny”
Jenny! Dengan manja mungkin engkau akan bertanya
Mengapa sajak-sajaku ditandai “Untuk Jenny”
Kala diketahui, hanya buatmu jatung ini berdegup cepat
Kala diketahui, hanya buatmu sajak-sajakku mendandangkan rindu
Kala diketahui, darimu kidung-kidungku mendapatkan ilhamnya
Kala setiap huruf melantunkan namamu
Kala setiap penggal kata mendapatkan iramanya darimu
Kala setiap tarikan nafas tak pernah lepas dari sang dewi
Karena nama ini begitu manis terdengar
Karena mengucapkannya memberi makna begitu dalam
Begitu penuh, begitu merdu di telinga
Bagai jiwa merekah di kejauhan
Bagai senar-senar emas sebuah kecapi penuh harmoni
Bagai sosok anggun yang menakjubkan
Lihatlah! Dapat saja kupenuhi kitab ribuan lembar
Hanya dengan menulis “ Jenny” disetiap baris
Namun tetap saja aka nada sejuta isi hati tersembunyi
Tindakan abadi dan tindakan yang kokoh
Bait-bait indah yang rindu menunggu
Segala kerlip dan sinar cahaya
Segala kepedihan dan kegembiraan ilahi
Segala kehidupan dan pengatahuan yang kumiliki
Dapat saja aku membacanya
Pada bintang-bintang yang berkerlip diatas sana
Namun dari zefir semuanya, kan kembali padaku
Dari gemuruhnya dentuman ombak ganas
Sungguh, kan ku tulis kata-kata ini sebagai bait pengulangan
Sepanjang segala zaman___
CINTA ADALAH JENNY
Comments
Post a Comment