-Alas Kata-
Saja sebagai Komunis, jang sudah mendjadi anggota PKI (Partai Komunis Indonesia) sedjak satu tahun sesudahnja PKI lahir, dengan mendapat tanda anggota PKI nomor 135 pada awal tahun 1922, jang semendjak selama itu, hingga kini (Djuli 1957) terus berdjuang dan memperdjuangkan cita-cita COMMUNISME, sudah tentu sadja sajapun mempunjai hak penuh untuk melukiskan SEDJARAH PKI hitam atas putih, menurut sedjarahnja, jang sedjak selama ini sampai saat menulis ini, Djuli 1957 batang tubuh saja sendiri ikut serta mendjalani, membentuk sedjarah PKI jang sebenarnja.
Dari itu sebagai kata pengantar atau sebagai alas kata dari saja sendiri, dalam melukiskan hitam atas putih akan sedjarah PKI (sedjarah Partai Komunis Indonesia), dapatlah saja simpulkan sebagai berikut dibawah ini:
I. Saja sebagai angkatan tua dari pimpinan PKI (Partai Komunis Indonesia) tahun 1920-1926, jang bersama-sama dengan saudara-saudara: Tan Malaka, Ongko D, Wiro Mihardjo, Nurut, Mardjohan, Hasan Mangkuto, dll, jang sudah sama-sama mendirikan Partai Murba pada 7 November 1948, sebagai kelandjutan dari Partai Rakjat jang didirikan di Solo pada 25 Mei 1946, sudah tentu sadja kami sudah sependapat semuanja bahwa nama PKI (Partai Komunis Indonesia), jang lahir pada 23 Mei 1920, sudah masuk kubur, sudah hantjur lebur disebabkan oleh Alimin, Muso, Sardjono, dengan tergesa-gesa membuat PUTUSAN PRAMBANAN, putusan diatas tjandi Prambanan pada 25 December 1925, jang sudah membawa kenjataan sedjarah, bahwa PKI (Partai Komunis Indonesia), SUDAH MASUK KUBUR, HANTJUR LEBUR, HANTJUR LULUH, MUSNAH pada 1 (satu) Djanuari 1927. Saja bersama-sama kawan Ongko. D, Wiro Mihardjo, Nurut, Mardjohan, Hasan Mangkuto, dll, adalah dari golongan Angkatan Tua/Pimpinan PKI 1920-1926, jang sudah membawa kenjataan sedjarah, jang kami semua sisa-sisa hidup jang kebetulan sadja masih sempat pulang dari DIGUL untuk melandjutkan perjuangan sebagai Komunis/PKI 1920-1926!
II. Saja sendiri semendjak mendengar MUNTJULNJA PKI MUDA/PKI MUSSO 1935, maka dengan tegas/djelas dan terus terang, saja sudah menjatakan di Digul pada tahun 1938, bahwa PKI MUSSO 1935 itu mestilah PKI jang dibentuk oleh Van Mook – Van Der Plaas, karena saja sudah mempunjai kejakinan bulat/penuh bahwa orang seperti Musso, tak mungkin akan bisa kerdja illegal, ketjuali kalau Musso sendiri, sudah bekerdja-sama dengan Van Mook/Van Der Plaas, jakni sudah mendjadi alat imperialisme Belanda sendiri.
Lain dari itu, memang saja sendiri, masih jakin benar bahwa Musso, masih tetep di Moscow pada tahun 1935 itu, seperti jang disaksikan-diakui oleh saudara SEMAUN sendiri, jakni sedikitpun tidak ada ketjurigaan saja untuk menuduh Musso akan mendjadi alatnja imperialis Belanda. Tapi dengan semangat ANARCHISNJA Musso, maka ia sudah dapat diperalat dan terperdaja oleh kaki-tangan Van Mook – Van Der Plaas 1935, ialah seperti Mr. Amir Sjarifuddin, Ir. Sakirman, Ahmad Sumadi, Djoko Sudjono dan kawan-kawannja.
III. Pada 13 Maret 1946, saja mendarat di Djakarta, jakni ketika baru pulang dari Digul dan pada 18/19 Maret 1946 saja bertemu-muka dengan PM Sutan Sjahrir di gedung Pegangsaan Timur 56 jang bersedjarah itu, selama tiga djam, jang diantaranja sebagai pembitjaraan kami jang terakhir, Sjahrir melarang saja masuk ke Djawa Tengah, dan akan mentjarikan korsi tinggi untuk saja di Djakarta, tetapi saja terus terang, kenjataan ketika itu, bahwa saja dengan segera akan masuk ke Djawa Tengah dan akan segera menjuruk sama bungkuk, melompat sama patah, dengan Laskar-laskar Rakjat Berdjuang.
Dari itu setibanja saja di kota solo pada 21 Maret 1946, saja ditawan/ditangkap oleh bekas-bekas Digulis, baik dari golongan 1920-1926, baik dari golongan jang mengaku dirinja sebagai PKI Muda/PKI Musso 1935, karena Tan Malaka sudah ditangkap sedjak 17 Maret 1946, jakni antara lima hari sadja sebelum saja masuk ke kota Solo.
Tindakan-tindakan PKI Sardjono cs, jang sudah bersatu dengan PKI 1935, jakni Mr. Amir Sjarifuddin cs, jang sudah memegang kendali/tampuk kekuasaan besar ketika itu, sudah memberikan satu isjarat dan kesan mendalam dihati saja, bahwa diantara diantara golongan pimpinan PKI 1926 dengan pimpinan PKI palsu 1935, jakni antara Sardjono dengan Amir Sjarifuddin cs, sudah bersatu padu, jang tak sudah lagi untuk terbelahnja/memusnahkannja.
Tetapi berkat kegiatan saja menentang kekedjaman kepada saja, maka sesudah tiga minggu saja dalam tawanan mereka, terpaksalah mereka membebaskan saja!
IV. Pada April 1946, jakni sesudahnja 5-6 hari saja dibebaskan dari tahanan Solo, maka saja sudah berada di Kerawang dan berdjumpa jang pertama kalinja dengan pemimpin-pemimpin, panglima-panglima Laskar Rakjat Djawa Barat seperti: Chairul Saleh, Sjamsuddin Tjan, Djohar Noer, Sidik Kertapati, Dr. Darwis, Armunanto, dll.
Pada suatu saat dalam pertemuan dengan panglima laskar Rakjat ini, maka saja diadjak masuk kesebuah kamar oleh saudara Armunanto, jang pada mulanja diikuti oleh saudara Sujoko, ialah teman dari Solo jang sengaja mengantarkan saja ke Tjikampek, Kerawang, Purwakarta, dll
Tetapi kemudian Armunanto menjuruh keluar dulu Sujoko, dan Armunanto langsung menanjakan kepada saja begini: “BAGAIMANAKAH PENDAPAT BUNG DJAMAL TERHADAP PKI MUSSO 1935??”.
Saja segera mendjawab dengan tjepat, ialah begini: “PKI MUSSO 1935 ITU ADALAH PKI PALSU DAN MUSSO JANG MEMIMPIN PKI 1935, PASTILAH MUSSO PALSU”.
Armunanto terpekur sedjenak, dan kemudian Armunanto sendiri mentjeritakan/mensedjarahkanlah kepada saja, ketika itu, bagaimana pengalaman dia selama enam bulan mengikuti aktif membangun PKI 1935, jang ketika itu ia (Armunanto) masih memakai namanja asli/nama jang sedjati: NGADMO.
Pada suatu saat sesudah Ngadmo (Armunanto) mendesak kepada Achmad Sumadi supaja ia (Ngadmo) diperdjumpakan dengan pemimpin besarnja (Musso), maka Ahmad Sumadi dengan kawan-kawannja membawa (menghadapkan) Ngadmo (Armunanto) kepada pemimpin besar PKI 1935, ialah Musso palsu, jang bernama Sudjadi, seorang pegawai tinggi Parket Hindia Belanda.
Saudara Ngadmo alias Armunanto, jang sampai kini masih tetap dalam lingkungan PKI 1935 ialah jang bersama-sama Aidit, Lukman, Ahmad Sumadi, Sakirman, Djoko Sudjono memegang pimpinan PKI (CC PKI Aidit), maka Armunanto dari djauh sadja ia sudah melihat njata, bahwa jang dikatakan Musso palsu, jang memimpin PKI 1935 itu, bukanlah Musso, tetapi adalah Sudjadi Pegawai Tinggi Parket Hindia Belanda, karena Ngadmo sendiri, sudah mengenal betul akan Musso di Surabaya 1924, walaupun Ngadmo sendiri ketika itu masih kanak-kanak.
Lain pada itu, memang Ngadmo sudah kenal pula kepada Sudjadi pegawai tinggi Parket Hindia Belanda, jang ditundjuk/ditjetak oleh Van Mook/Van Der Plaas, didjadikan Musso palsu itu.
Semendjak itulah, Ngadmo terus menghilang dan ganti nama dengan Armunanto. Demikianlah pernjataan Armunanto kepada saja di Markas Besar Laskar Rakjat Kerawang, pada 11 April 1946.
Ketika saja menulis ini, Armunanto jang nama ketjilnja (aslinja) Ngadmo itu, saking pandainja berminjak air, bermuka dua dan menjembah/djongkok-djongkok setiap pagi dibawah singgasana, maka sajang lah Bung Karno kepadanja, seperti Bung Karno menjajangi Hanafi pula.
V. Sebagai satu-satunja Partai Revolusioner jang Komunistis/Marxistis ialah: Partai Komunis Indonesia, jang didirikan oleh saudara-saudara Semaun, Marco, Mutalib, Budisutjitro, Darsono, dll di Semarang pada 23 Mei 1920 jang kemudian sesudah memasuki tahun 1921 saudara Tan Malaka jang sudah berhenti dengan kemauan sendiri dari Sanembah Mij, datang ke Semarang dan ikut memimpin PKI.
Tetapi sesudahnja kedudukan Hoofd Bestuur PKI dipindahkan dari Semarang ke Betawi/Djakarta pada bulan djuni 1924, maka pimpinan Hoofdbestuur pimpinan PKI jang baru, sebagai hasil keputusan kongres PKI djuni 1924 di Betawi djatuh pada Sardjono, Alimin, Musso, Winanta dll, sedang sekertaris umumnja/sekjendnja tetap sadja saudara Budisutjitro.
Sardjono, Alimin, Musso adalah anggota PKI jang baru sadja masuk PKI pada bulan December 1923, jakni ketika Alimin, Musso baru sadja keluar dari pendjara Tjipinang, sesudah mendjalani hukuman pendjara empat tahun, jakni sebagai akibatnja Alimin, Musso hendak mentjetuskan pemberontakan di Tjimareme/Garut pada akir tahun 1919, lantara Alimin, Musso adalah anggota S.I/Sarekat Islam afdeling B jang pemimpin besarnja adalah Hadji Oemar Said Tjokroaminoto dan Hadji Agus Salim.
Alimin dan Musso, memanglah mereka keduanja berakar anti kafir/anti Belanda/Sabilullahistis, jakni Alimin, Musso adalah orang-orang anarchis dan fanatic kepada Tjokroaminoto.
Sesudahnja Alimin, Musso mendjalani hukuman pendjara dalam empat tahun penuh, maka ketika Alimin, Musso akan dikeluarkan dari Tjipinang mereka mendapat suntikan Komunisme jang pertama-tama dari Gondojuwono dalam pendjara Tjipinang, makanja Alimin-Musso sekeluarnja dari pendjara tidak kembali lagi kepada Partai Tjokroaminoto-Salim dan langsung masuk PKI.
Apalagi pula, memang sebabagian besar dari kawan-kawannja Alimin-Musso di SI afdeling B dulu sudah lebih dulu masuk PKI, ialah seperti Sardjono, Winanta, dll.
Dari itu pimpinan PKI dari Mei 1920 sampai Djuni 1924 adalah sangat djauh berbeda, mereka selainnja Budisutjitro dan Ali Archam, maka Sardjono, Alimin, Musso dan Winanta mempunjai peran besar/penting dalam memimpin Hoofsbestuur PKI, jang hanja berdjumlah 79 (tudjuh puluh sembilan) orang itu.
Pada 18 December 1924, dibubarkannjalah Sarekat Rakjat, anggota Sarekat Rakjat jang 1001 matjam paham dan kebutaan politiknja dimasukkannjalah ke PKI semuanja, sehingga pada 25 December 1925 Sardjono, Alimin, Musso, Winanta dan tudjuh orang lainnja berkumpul, memutuskan dan mentjetak Revolusi Indonesia pada 1 Djuni 1926, alasannja, bahwa semua seksi PKI diseluruh Indonesia sebanjak 37 (tiga puluh tudjuh) sudah mendesak HB supaja segera menentukan hari tanggal Revolusi Indonesia untuk menegakkan Negara Sovjet Indonesia, katanja.
Begitulah Tuan-tuan Sardjono, Alimin, Musso, Winanta, dll jang semuanja berdjumlah 11 (sebelas) orang jang sudah merangkak naik keatas Prambanan pada 25 December 1925, oleh Tuan-tuan 11 (sebelas) orang itu maka masuk kuburlah/hantjur leburlah PKI pada 1 (satu) Djanuari 1927!
VI. Mengingat kehantjuran PKI jang sudah demikian dahsjat, mengingat bahwa seluruhnja pimpinan-pimpinan PKI, Sarekat Buruh dan Tani, VSTP, Pegadaian, Perkebunan, Pelajaran, Pelabuhan, dll semuanja sudah meringkuk dalam pendjara sebanjak 20,000 (dua puluh ribu) orang menurut siaran resmi pemerintah Hindia-Belanda pada 5 (lima) Djanuari 1927, mengingat kaum Proletar/Rakjat Murba diseluruh Indonesia, jang sudah kehilangan pemimpin-pemimpinnja dan mengingat pula sebahagian besar Rakjat Indonesia hilang kepertjajaannja kepada kaum Komunis/PKI dan mengingat pula maklumat imperialis Belanda pada 5 (lima) Djanuari 1927, jang menjatakan: “PKI adalah perkumpulan jang terlarang”, dan begitu pula Massa Buruh, Tani jang dipimpin oleh organisasi jang terlarang dan mengingat seluruh Partai Komunis jang Revolusioner dan jang dipandang Revolusioner adalah mendjadi perkumpulan jang terlarang, maka berdasarkan situasi dan kondisi serta didasarkan pula kepada pernjataan ketika itu bahwa sebahagian besar atau umumnja Rakjat Indonesia merasa ditipu oleh pemimpin-pemimpin PKI jang sudah pasti akan menimbulkan anti-pati Rakjat umum kepada Komunisme/orang Komunis dan nama PKI maka sebahagiannja hal-ichwal inilah pula jang menjebabkan kami (Subakat, Tan Malaka dan Djamaluddin Tamin) ketika kami sudah berkumpul kembali di Bangkok pada bulan Mei 1927, jakni sesudahnja 2 (dua) minggu kami mendiskusikan/memperdebatkan/memperkatakan segala buruk-baik, salah-benarnja seluruh hal-ichwal/rentjana jang sudah membawa PKI masuk kubur/hantjur lebur pada tanggal 1 Djanuari 1927, maka pada bulatlah pendapat kami, meneruskan perdjuangan PKI dan ideology Komunisme jang Marxist-Leninist, ialah dengan mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia) di Bangkok/Siam, pada 2 (dua) Djuni 1927 dengan sjarat dan ketentuan-ketentuan kami pula ketika itu, ialah kami bertiga akan segera kembali memimpin/membangun Partai Komunis Indonesia/PKI kembali, sesudahnja Sardjono, Alimin, Musso, Winanta, Budisutjitro, Ali Archam, dll sudah kembali dari/pulang semuanja dari pendjara dan pembuangannja.
VII. Sesudahnja hampir dua puluh tahun kami genap kami pemimpin-peminpin PKI 1920-1926 meringkuk dalam pendjara jang gelap-gulita dipembuangan Digul jang penuh dengan bahaja maut dan sesudahnja dua puluh tahun itu pula kami bertemu-berpisahan maka Revolusi/Proklamasi 17 Agustus 1945 berangsur-angsur sudah membentangkan-djalan kepada kami untuk kembali ke Indonesia dari buangan Digul, untuk membebaskan mereka jang salah dalam pendjara, sehingga pada bulan April 1946 sebahagian besar dari kami Angkatan tua/Pimpinan PKI 1920-1926 sudah berkumpul kembali di kota Solo, walaupun saja dan Tan Malaka sudah menderita pertjobaan pertama oleh golongan PKI Sardjono cs dan PKI Musso palsu/Amir Sjarifuddin, Sakirman, Achmad Sumadi cs untuk disingkirkannja dari masjarakat buat selamanja!
Saudara Mardjohan almarhum bersama dengan kaum Digulis lainnja, sudah mulai usaha sedjak Maret 1946, membentuk satu panitija jang bertugas untuk melaksanakan kongres PKI di Solo pada 19 April 1946, dengan atjara untuk membangun/membentuk organisasi PKI kembali karena sudah hampir semua pemimpin-pemimpin PKI 1920-1926 sudah berkumpul kembali di Djogja, Solo, Madiun, Kediri, dll.
Berdasarkan kepada tekanan-tekanan saudara Tan Malaka, seruan kawan-kawan Proklamatoren 1945, ijalah saudara Sukarni, Chairul Saleh, Pandu Kartawiguna, Maroeto Nitimihardjo, dll serta diperkuat oleh saudara-saudara Mardjohan, Sujono, Kartopandojo, dll ijalah kawan-kawan ex-Digul mejakinkan saja untuk bersedia duduk sebagai pimpinan PKI jang akan dipilih/ditundjuk oleh kongres dari 29 April sampai 1 Mei 1946 di Solo, walaupun saja sendiri/pribadi sangat keberatan untuk duduk sama-sama lagi dengan Sardjono cs apalagi dengan PKI 1935/Achmad Sumadi Cs itu.
Tetapi belakangan ternjata bahwa Panitia Penjelenggaraan Kongres PKI pada tanggal 29 April 1946 itu sudah dikuasai penuh Sardjono cs, jakni NICA/SIBAR (Sarekat Indonesia Baru) jang bulat 100% dikuasai oleh Van Mook/Van Der Plaas di Australia, sehingga kami sebanjak 70 orang lebih dari bekas tahan Digul, bekas pimpinan PKI 1920-1926 tidak mendapat undangan sama sekali, jakni undangan kongres sudah dikorup/disaboteer, baik dari Achmad Sumadi cs/PKI Van Der Plaas 1935, baikpun dari Sibaristen Sardjono cs jang sudah terang-terangan menjadi pemimpin SIBAR Van Mook/Van Der Plaas di Australia, sehingga PKI bulat kembali ditangan Sardjono cs!
Maka berdasarkan kenjataan-kenjataan sejarah ini kawan-kawan bermusjawarah/berdiskusilah kembali dengan saudara Tan Malaka di Tawang Mangu pada awal Mei 1946 jang memutuskan: supaja mendirikan Partai Massa, disamping Partai Massa/PKI jang sudah dikuasai penuh/bulat kembali oleh Sardjono cs.
Pada 25 Mei 1946, kami berkumpullah sebanjak 75 orang di Lawean Solo, jakni di rumahnja saudara Kartopandojo, untuk mendirikan Partai Rakjat. Jang pada 7 November 1948 kemudian dilebur bersama-sama PRD/Partai Rakjat Djelata dan PBM/Partai Buruh Merdeka mendjelma mendjadi Partai Murba!
Dengan kata pengantar atau alas kata dari saja, sebagai keperluan: SEDJARAH PKI/PARTAI KOMUNIS INDONESIA, sebagai saja bentangkan sekedarnja diatas tadi, maka saudara-saudara akan dapatlah memaklumi, pendirian dan pendapat saja, bahwa PKI jang didirikan pada tanggal 23 Mei 1920 sudah hantjur lebur/masuk kekubur oleh Sardjono cs pada 1 Januari 1927 sampai 1 Mei 1946; organisasi Komunis jang memakai nama PKI, baik legal maupun illegal, tidak pernah ada, tak pernah bangkit lagi di Indonesia sebagai jang ada. Adapun jang ada sampai PROKLAMASI KEMERDEKAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA adalah jang kami (Subakat, Djamaluddin Tamin dan Tan Malaka) bangunkan pada 2 (dua) Djuni 1927 di Bangkok/Siam sebagai pendjelmaan PKI 1920-1926!
Sekian sebagai alas kata dari saja, untuk memulai menjusun/menulis sedjarah PKI, jang bahan-bahannja sebagian besarnja masih utuh berada dalam kepala saja, sampai saat ini!
Dari saja,
(DJAMALUDDIN TAMIM)
TAMAN TANGKUBAN PERAHU, SENIN 8 DJULI 1957
Comments
Post a Comment