Skip to main content

SEJARAH PARTAI KOMUNIS INDONESIA - JAMALUDDIN TAMIM - PKI 1921 - 1922

PKI 1921-1922

Baru sadja PKI dibangunnja dikota Semarang pada 23 Mei 1920, maka pada akhir 1920 djuga, PKI dan Komunisme sudah mendjadi buah bibirnja kaum Proletar di Indonesia.

Saudara Semaun dan kawan-kawannja jang pernah disebut-sebut pula: Kaum Semarang dengan sendirinja sudah mulailah renggang dengan golongan Tjokroaminoto dkk walaupun Semaun sendiri sudah sedjak lama pula, erat-dekat dan sama-sama memimpin SI dengan Tjokroaminoto alm.

Disamping Semaun memimpin dan mempelopori pimpinan PKI, maka segala kenjataan-kenjataan lainnja, akibat dari renggang dan petjahnja antara Semaun dan Tjokroaminoto, ijalah lahirnja Massa organisasi jang mulanja bernama SI Merah (Sarekat Islam Merah) jang tak lama antaranja SI Merahpun berganti nama mendjadi SR (Sarekat Rakjat) sebagai Massa organisasi jang langsung dipimpin oleh anggota-anggota PKI/kader PKI sendiri, karena memanglah PKI jang dibangun Mei 1920 itu, ijalah Partai kader/Partai korn semata-mata.

Disamping Massa organisasi SR jang langsung bulat 100% ditangan/dipimpin oleh kader/pemimpin PKI, beruntun-beruntunlah pula tumbuh sebagai tjendawan dimusim hudjan, organisasi Massa Buruh diseluruh lapangan ekonomi Hindia-Belanda ijalah Serikat-Serikat kaum Kerdja Kereta Api, Postel, Pegadaian, Pertambangan, Perkebunan, Pelabuhan, Pelajaran, pertjetakan, dll

Adapun gerakan-gerakan Buruh ini memang sebelumnja PKI lahir sudah dibangun djuga lebih dahulu, diantaranja ijalah seperti Pegadaian dan VSTP.

Hanja sadja tak lama antara sesudah PKI lahir, maka seluruh pimpinan Vakbewegingon, seluruh organisasi Buruh tadi bulat pimpinannja di tangan PKI, jakni ditangan kaum Komunis!

Lebih lagi, sesudahnja Tan Malaka meninggalkan sumber hidupnja, gadjinja jang demikian besar di Sanembah Mij, dan langsung memimpin PKI dan sama-sama bertetap di Semarang bersama kaum Semarang, maka kemadjuan PKI dan semuanja kasta organisasi/vak organisasi diseluruh Djawa, melantjarkan dengan pesatnja bagaikan kilat, jang suara-suaranja pun mendengung/menjeru-njeru bagaikan petir, kilat dan halilintar keseluruh kepulauan Indonesia.

Atom Komunisme, jang mulai meledak/diledakkannja di kota Semarang pada 1920 itu langsung menggema, mendengung-dengungkan, menderu-deru ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Ternate dan keseluruh kepulauan Indonesia Timur.
Madjalah Sarekat Rakjat jang bernama SUARA Rakjat, harian PKI jang pertama-tama SINAR-HINDIA” (jang belakangan diganti dengan API). Brosure-brosure, pamflet-pamflet, Manifest PKI, dll semuanja tersiar luas diseluruh kepulauan Indonesia dan memang mendapat sambutan dari Rakjat banjak, terutama ijalah adari golongannja kaum melarat/kaum Proletar Indonesia.

Pertama-tama kali Tan Malaka muntjul berpidato di rapat umum, baik rapat umum PKI, baikpun rapat umum SI Tjokro, maka jang pertama-tama menggigil ketakutan adalah alat-alat besar imperialisme Belanda jang langsung semendjak PKI lahir, mereka tak enak makan, tak enak tidur, karena Komunisme jang sudah mendjadi hantu setan dan malaikat mautnja Belanda/Belandis totok dan inlander alatnja imperialisme Belanda di Indonesia.

Kaum Buruh sebanjak 35,000 (tiga puluh lima ribu) sudah bulat ditangan PKI, sedang Tjokro jang tadinja sudah Nampak pasti akan petjah dan akan di peralat (diadu-dombakan) dengan PKI, belakangan antara antara SI Tjokro-PKI saling dekat-mendekati kembali, sebagai hasil musjawarah dan diskusinja antara Tan Malaka dan Tjokro, walaupun Belanda sudah berhasil menjelundupkan Abdul Muis (anak Tuanku Laras Sungai Puar jang mendapat bintang besar dari Belanda) untuk mendampingi Tjokro dan mempertadjam dan memperuntjing pertentangan antara SI Tjokro dan PKI.
Hadji Agus Salim (anaknja Sutan Mahmud Salim, Hoofd Djaksa Riau jang mendapat bintang emas Belanda/bintang emas besar pula dari Belanda), untuk mendampingi adalah seorang intellek besar dan bekas Konsul Djendral Belanda di Djedah, ditarik dan diselundupkannjalah pula kedalam Sarekat Islam, sehingga Tjokro diapitlah oleh dua orang/dua sedjoli inlanders alat: Hadji Agus Salim dan Abdul Muis.

Kekhawatiran dan ketakutan alat-alat imperialisme Belanda bertambah besar lagi, melihat kenjataan dalam seluruh Massa organisasi, seluruh Massa Buruh, demikian bergelora/bergedjolak dalam pimpinannja Tan Malaka. Pendidikan Rakjat menurut metode dan tjara jang dipimpin/diatur oleh Tan Malaka sendiri, sudah dapat membangun Sekolah Rakjat/SR atau Rakjat School, dimana-mana sadja Tan Malaka berpidato dan mengandjurkan Rakyat School, maka dengan seketika itu djuga, baik dari lapisan masjarakat Rakjat berpunja, baikpun dari jang tidak berpunja, dengan mendadak/spontan membetikan sokongan menurut kesanggupan mereka masing-masing.

Demikian pesat/lantjar kemadjuannja PKI dengan semua Massa organisasi Buruh Taninja di Djawa, maka di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi, Halmahera, dll diseluruh kepualauan Indonesia, menggegar-menggelora, menggejolak pulalah api gerakan marah dimana-mana. Daerah Sulawesi dan Halmahera/Ternate hampir seluruh gerakan SI Tjokro disana, mendjadi gerakan Merah, jakni berganti nama, mendjadi PKI SI Merah/Sarekat Rakjat dalam pimpinannja seorang semi-arts GONDOJUWONO dari Djokjakarta.

Malah di Padang Pandjang sebuah kota ketjil di Sumatra Tengah tempat berkumpul dan pusatnja pesantren Agama/mahasiswa ilmu ghaib dari seluruh Sumatra, sudah sedjak awal tahun 1920 disanapun sudah mulai menjebut-njebut tentang Sosialisme-Komunisme Sarekat Merah, walaupun pada permulaannja makanja Padang Pandjang mendjadi pusat kaum Merah, mendjadi kota Merah di Sumatra, hanjalah mendirikan BOPET MERAH sebagai tjabangnja koperasi kaum Merah disana, jakni lima enam bulan sebelumnja lahir PKI di Semarang tahun 1920.

Sementara itu sedjalan dengan djiwanja Hadji Agus Salim, jang sudah turun-temurun mendjadi intelek alat bagi imperialisme Belanda, terus-menerus dengan gigih dan giatnja memeluk dan merangkul Tjokroaminoto dengan SI-nja supaja terus-menerus menusuk PKI/anti Komunisme, karena sudahlah terang djelas katanja, bahwa Karl Marx, Engels, Lenin, nabi-nabinja Komunis itu adalah anti Tuhan/anti-agama, katanja. Mengingat. Melihat, menjaksikan, kenjataan kemadjuan PKI, kemadjuan Komunisme, kemadjuan Serikat-Serikat Buruh-Tani demikian pesatnja, kemudian pendidikan dengan lahirnja Rakjat School/Sekolah Rakjat dimana-mana maka semuanja ini, pokok pangkal kemadjuan ini, dipandang oleh imperialisme Belanda tak lain dan tak bukan, karena kegigihannja/kegiatannja, intelektual Revolusioner, ijalah Tan Malaka.

Pada bulan December 1921, ketika Tan Malaka berpidato di kota Bandung, jang pengaruh pidatonja sangat mendalam/meresap kehatinja seluruh Rakjat, seluruh lapisan masjarakat, sehingga seorang berpunja di Bandung dalam rapat itu dengan suara lantang menjerahkan semua kekajaannja, semua tanahnja kepada Tan Malaka untuk mendirikan Rakjat School, maka ketika itulah pula, tangan besi imperialisme mulai melakukan kekedjamannja, jakni menangkap, membelenggu dan membawa lari Tan Malaka ke Pekalongan dan menjimpan Tan Malaka dalam pendjara Pekalongan, sementara menanti surat pembuangannja jang memang sudah disediakan Belanda beberapa bulan sebelumnja.

Landjumin datuk Tumanggung (kemenakan) atau keponakan Tuanku Laras Sungai Puar jang sudah berpangkat tinggi pula di Parket, jakni salah seorang inlander-alat jang mendjadi adjudan PG (Pokrool General) sudahlah sama giat pula mengumpulkan laporan-laporan kegiatan dan bahajanja Tan Malaka bagi imperialisme Belanda, kalau tidak tjepat-tjepat/tidak segera dilemparkan kelembah pembuangan.

Pada bulan djanuari 1922, besluit interneering Tan Malaka ke pulau Timor sudah diputus, sudah ditetapkannja, tetapi pada awal Maret 1922, dirobahnja dengan externeering Tan Malaka ke Nederland, jakni Tan Malaka diproses verbal, zonder diperiksa, terus dibuang ke luar-negeri, ijalah didasarkannja kepada Hak-Istimewa Gubernur Djendral Hindia Belanda jang dikatakannja Hak Exorbitantie Rechten. Setelah kaum Semarang/Rakjat Semarang mendengar bahwa Tan Malaka sudah akan diberangkatkan kepembuangannja di Negeri Belanda pada 22 Maret 1922, maka Rakjat Semarang mendesak Pemerintah Hindia-Belanda supaja sebelumnja berangkat, lebih dahulu dipertemukanlah dulu dengan Rakjat Semarang.
Permintaan kaum Semarang ini dikabulkan dan pada 22 Maret pagi, Tan malaka dibawa ke Semarang jang sudah berkumpul 20,000 (dua puluh ribu) orang lebih.
Tan Malaka hanja diberi kesempatan mengeluarkan dua kata, tak lebih tak kurang jang berbunji: “Saudara-saudara, kawan-kawan semuanja tak usahlah bersedih hati, karena sebentar saja akan kembali! Tan Malaka sebagai korban PKI jang pertama-tama dikenakan externeering/dibuang ke Negeri Belanda-Nederland dan bertolak dari Indonesia pada 22 Maret 1922, jang selama dalam pelajarannja, menulis buku ketjil jang diberi title: “TUNDUK KEPADA KEKUASAAN, TETAPI TIDAK TUNDUK KEPADA KEBENARAN”, jang isinja buku ini ijalah mengupas, menelandjangi hak exorbitantie rechten, jang didjatuhkan keatas batu-kepala Tan Malaka sendiri, zonder pengadilan, zonder diadili, jang semata-mata berdasarkan kekuasaan dan kekedjaman. Tetapi tak lama antaranja, Semaun pulang dari Moskow, jakni seolah-olah merupakan: “Patah Tumbuh Hilang Berganti”.
Setibanja Tan Malaka di Negeri Belanda-Nederland, langsung aktif membantu Partai Komunis Nederland, sehingga Tan Malaka di tjalonkan mendjadi anggota Parlemen Belanda, tetapi disebabkan Tan Malaka sudah meninggalkan belum berusia tiga puluh tahun , Tan Malaka tak dapat duduk di Parlemen. Tidak antara lama Tan Malaka sudah meninggalkan Nederland menjelundup ke Perantjis dan kemudia terus ke Djerman, sambil mentjetak bukunja: Tunduk Kepada Kekuasaan, Tetapi Tidak Tunduk Kepada Kebenaran dan sambil membantu Partai Komunis Djerman.

Adapun keadaan perdjuangan PKI Rakjat School, Serikat Rakjat, Serikat Buruh-Tani, dll sesudahnja Tan Malaka dibuang dan kembali dipimpin Semaun, malah terus-menerus madju dengan pesatnja, jakni tambah-tambah berani, tambah bergedjolak, lebih dahsjat lagi, karena hilang satu, tumbuh dua, hilang dua tumbuh tiga, dan seterusnja.

Pemuda Ali Archam jang baru sadja dua kali bertemu/bermusjawarah dengan Tan Malaka sudah hendak berontak sadja, meninggalkan bangku sekolahnja di Kweekschool Ungaran, lebih-lebih lagi sesudahnja Tan Malaka dibuang, Ali Archam anaknja penghulu agama, adalah seorang pemuda jang tjerdas/tjerdik-tjendikiawan. Ali Archam inilah salah satu diantara pemuda harapan Tan Malaka.

Memang sesudahnja Ali Archam meninggalkan Kweekschool Ungaran langsung mentjeburkan dirinja 100% ikut turut serta memegang peranan-peranan penting, baik dalam pimpinan PKI, baikpun dalam Pendidikan ideologis/Komunisme, dan djuga gerakan-gerakan Buruh jang Ali Archam mulai aktif mulai aktif di PKI pada akhir 1922. Ali Archam dibuang ke Okaba, pantai Barat Papua/Irian Barat pada 18 Djanuari 1926 dan pada pertengahan 1927 dipindahkan ke Tanah Merah Digul.

Pada awal Djuni 1931 wafat di Digul dalam usianja masuk 31 tahun sesudahnja menderita sakit TBC selama setahun lebih.
Nama Ali Archam sudah mulai harum, sudah mulai mendjadi buah bibir Rakjat dan Pemuda Proletar Indonesia.

Comments

Popular posts from this blog

Paradigma Pemikiran Ali Syariati

Ali Syariati sebagai intelektual sekaligus ideolog Iran ternyata memiliki banyak paradigma dalam menyusun pemikirannya. Pemikiran Syariati cenderung mengarah eklektisisme, tidak mentah-mentah mengambil pemikiran tanpa melakukan seleksi secara kritis. Selama tinggal di Paris, Ali Syariati bertemu dengan banyak orang yang mempengaruhi persepsinya mengenai kehidupan dan cara pandang dunia: dari militan, filsuf, akademisi, artis, penyair, musisi dan bahkan penjaga toko. Dengan sikap eklektiknya mampu memahami Iman Ali, Imam Hussain, Abu Dzar, Jean Paul Sartre, Frantz Fenon, massignon dan Karl Marx. Oleh karena itu, Syariati sering dikatakan banyak wajah, yang pada gilirannya membuat orang keliru memahaminya. Ali Syariati dalam kepribadiannya memiliki tiga karakter yang berbeda. Pertama, Ali Syariati seorang sosiolog yang tertarik pada dialektika antara teori dan praktik; antara ide dengan kekuatan-kekuatan sosial; antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Kedua, Ali Syariati seora...