Skip to main content

Surat Wasiat / Testamen Politik Presiden RI Soekarno dan Wakil Presiden RI Muhammad Hatta untuk Tan Malaka dkk, 1 Oktober 1945


Amanat Kami 

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu, ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusian dan peri-keadilan.

Setelah kami menyatakan kemerdekaan Indonesia, atas dasar kemauan rakyat Indonesia sendiri pada 17 Agustus 1945 bersandar pada UU Dasar yang sesuai dengan hasrat rakyat untuk mendirikan negara yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Maka negara Indonesia menghadapi berbagai  bermacam-macam kesulitan dan rintangan yang hanya bisa diselesaikan oleh rakyat bersatu padu serta gagah berani di bawah pimpinan yang cerdik, pandai, cakap dan tegap. 

Sedangkan sejarah dunia membuktikan pula bahwa pelaksanaan cita-cita kemerdekaan itu bergantung pada kesanggupan seluruh rakyat untuk memberi korban apa pun jua, seperti sudah dibuktikan oleh negara-negara atau bangsa-bangsa besar di Amerika-Utara dan Selatan, di Eropa Barat, di Rusia, Mesir, Turki dan Tiongkok.

Sjahdan datanglah saatnya buat menentukan ke tangan siapa akan ditaruhkan obor kemerdekaan, seandainya kami tiada berdaya lagi akan meneruskan perjuangan kita sendiri di tengah-tengah rakyat sendiri.

Perjuangan rakyat kita seterusnya menetapkan kemerdekaannya hendaklah tetap di atas dasar persatuan segala golongan rakyat dengan menjunjung tinggi Republik Indonesia, seperti yang tercantum pokok-pokoknya Undang-undang Dasar kita.

Bahwasanya setelah kami pikirkan dengan saksama dan periksa dengan teliti pula dengan persetujuan penuh dengan para pemimpin yang ikut serta bertanggung jawab, maka kami putuskanlah bahwa pimpinan perjuangan kemerdekaan kita diteruskan oleh Saudara-saudara TAN MALAKA, IWA KUSUMA SUMANTRI, SYAHRIR dan WONGSONEGORO.

Hidup Republik Indonesia !
Hidup Bangsa Indonesia !
Merdeka !

Jakarta 1 Oktober 1945

Kami, 
SOEKARNO, MOHAMMAD HATTA

*) Dokumen Mr. Muhammad Yamin yang diserahkan ke Bung Hatta untuk berita acara sidang pengadilan terhadap Yamin dkk yang dituduh melakukan usaha perebutan kekuasaan pada 3 Juli 1946.

Comments

Popular posts from this blog

Paradigma Pemikiran Ali Syariati

Ali Syariati sebagai intelektual sekaligus ideolog Iran ternyata memiliki banyak paradigma dalam menyusun pemikirannya. Pemikiran Syariati cenderung mengarah eklektisisme, tidak mentah-mentah mengambil pemikiran tanpa melakukan seleksi secara kritis. Selama tinggal di Paris, Ali Syariati bertemu dengan banyak orang yang mempengaruhi persepsinya mengenai kehidupan dan cara pandang dunia: dari militan, filsuf, akademisi, artis, penyair, musisi dan bahkan penjaga toko. Dengan sikap eklektiknya mampu memahami Iman Ali, Imam Hussain, Abu Dzar, Jean Paul Sartre, Frantz Fenon, massignon dan Karl Marx. Oleh karena itu, Syariati sering dikatakan banyak wajah, yang pada gilirannya membuat orang keliru memahaminya. Ali Syariati dalam kepribadiannya memiliki tiga karakter yang berbeda. Pertama, Ali Syariati seorang sosiolog yang tertarik pada dialektika antara teori dan praktik; antara ide dengan kekuatan-kekuatan sosial; antara kesadaran dan eksistensi kemanusiaan. Kedua, Ali Syariati seora...